Nih contoh nyata ada Trajet milik Eko Purwadi, anggota Trajet Family Club (TFC). “Punya saya untuk dalam kota 1:12 (liter:km), kalau luar kota 1:15, itu full AC dan kabin penuh,” ujar Eko. Wah diapain aja ya bisa seirit itu? Yuk tanya ke pria yang memang hobi ngoprek ini.
Ternyata biar bisa irit, semua hal yang berhubungan dengan pembakaran diperhatikan, yaitu bahan bakar, udara dan api, karena semua saling berkaitan dan menentukan efisiensi pembakaran yang efeknya langsung ke konsumsi bensin.
Berikut step2-nya :
//Sektor >> Udara//
Kita awali dari yang paling ringan, yaitu yang berhubungan dengan udara. Pria asli Kebumen, Jawa Tengah ini menuturkan, pertama ditambah CAI (Cold Air Induction). Yaitu menambahkan udara dingin yang masuk ke intake manifold tanpa lewat throttle body. “Biar udara yang masuk lebih padat,” tuturnya.
CAI bikinan Eko memanfaatkan prinsip kevakuman di intake, kemudian dikasih klep one way dan kran. “Di jalan datar bisa dibuka maksimal, kalau banyak tanjakan sedikit saja biar torsi lebih besar,” imbuhnya. Langkah kedua pasang oil catch tank, tujuannya agar udara yang masuk ke ruang bakar selalu bersih, tak terkontaminasi uap oli, sehingga pembakaran lebih maksimal.
Caranya dengan mem-by pass saluran PCV valve dari cylinder head lewat botol penampung terlebih dahulu, sehingga oli tertinggal dan yang masuk ke intake udara saja. Langkah ketiga melakukan polish pada intake manifold. Tujuannya jelas memperlancar aliran udara yang menuju ruang bakar, sehingga efisiensi meningkat.
//Sektor >>Pengapian//
Sektor berikutnya yang disentuh oleh anggota TFC No.589 ini sektor pengapian. Pertama dengan membuat Ignition Coil Booster, yang salah satu isinya kapasitor, yang terinspirasi dari pengapian Trajet V6.
“Arus di dalam koil dibikin lebih stabil dengan menggunakan kapasitor, sehingga pengapian lebih besar,” terang lulusan STM Negeri Kebumen ini. Bahan yang digunakan cukup simpel, hanya kapasitor atau elko berkapasitas 10.000uF/25 Volt dan dioda schottky FCH20A14.
Berikutnya memainkan busi, jika pakai busi standar Eko menggunakan teknik side gapped spark plug, menjauhkan batang negatif busi agar api terfokus pada ujungnya saja. “Kalau ada modal, cukup pakai busi bagus misal iridium saja,” ucapnya.
Langkah terakhir di sektor pengapian dengan membuat kabel grounding. Tentu saja untuk menguatkan massa, lantaran sesuai usia mobil, hambatan kabel pasti makin besar, biar hantaran arus tetap maksimal maka dikasih grounding. Titiknya antara lain alternator, motor starter, koil, transmisi, kepala silinder, bodi dan berakhir di negatif aki.
Sebenarnya Eko menyarankan sekalian pasang ground strap di kabel koil, namun belum terlaksana karena keterbatasan waktu.
//Sektor >>Bensin//
Sektor terakhir yang disentuh sisi bahan bakar. Pria yang bermukim di Bekasi ini menambahkan HCS (Hydrogen Cracking System), untuk menyuplai hidrogen ke ruang bakar. Sesuai sifat hidrogen yang mudah terbakar, membuat pembakaran lebih dahsyat.
//Seting Ulang dan Faktor Tambahan//
Langkah berikutnya yang tak boleh lewat adalah seting ulang CO, tentu saja dipatok di angka stoikiometri 14,7:1 atau lambda 1. Paling mudah tentunya lewat pengujian emisi atau pakai AFR meter semacam LM2. Kalau tidak punya, Eko mencontohkan menyetel pakai AVOmeter.
Eko menambahkan ada beberapa bagian lain yang bisa dimaksimalkan. Pertama AC, sebaiknya heater dimatikan karena jarang sekali terpakai, biar kinerja AC lebih ringan. Kedua dengan menambah extra fan sistem dorong dari depan, sehingga kerja kompresor lebih ringan karena dingin terus.
Kedua soal pemilihan oli, menurutnya lebih baik pilih yang API service tertinggi, yaitu SN karena punya sifat salah satunya efisiensi lebih baik. “Terakhir jangan lupa pula kondisi mesin harus sehat, seperti kompresi standar, ECU enggak error, kopling enggak selip, ban standar dan kaki kanan dalam menginjak pedal mesti halus,” pungkasnya.
Eko Purwadi: 0813-1889 2855
Sumber artikel : Otomotifnet.com
Loading...