------------
Di satu sisi, ibadah fisik dalam haji seperti wuquf, thawaf, sa'i, balang jumroh, sholat, dan bacaan-wirid lainnya memang penting. Beberapa di antaranya bahkan terhitung rukun haji; jika tidak dilaksanakan maka haji tidak sah.
Namun, di sisi yang lain, ibadah fisik di atas tak akan bermakna jika tak disatu-padukan dengan ibadah hati dan ibadah sosial. Kemabruran ibadah haji justru sangat ditentukan oleh dimensi ibadah hati dan ibadah sosial ini.
Ibadah hati bisa dicontohkan dengan, misalnya, keikhlasan niat, kepasrahan pada alur taqdir-Nya, kesabaran, dan kekosongan hati dari ke-aku-an (ego) seperti keinginan dipuji orang, keangkuhan, dan kesombongan.
Sementara ibadah sosial bisa dicontohkan dengan, misalnya, kesantunan dalam ucapan dan tindakan, sikap mental menghargai sesama makhluk, dan semangat membantu orang lain.
Umum terjadi bahwa pikiran, ucapan, sikap, dan tindakan buruk di Tanah Haram biasanya mendapat balasan kontan dari Allah SWT. Ketika ihrom pun, kita dilarang misalnya berkata jorok (rofats), menyakiti orang lain (fusuq), berdebat (jidal), membunuh binatang dan merusak tanaman; jika melanggar, maka kita dikenai denda (dam).
Jika dipikir lebih mendalam, semua itu sebetulnya merupakan bagian dari "mekanisme mikro-kosmik" yang dirancang oleh-Nya agar ibadah haji tidak hanya terpaku pada ibadah fisik semata, tapi juga ibadah hati dan ibadah sosial.
اللّهم اجعل حجّنا حجّا مبرورا، وسعينا سعيا مشكورا، وذنبنا ذنبا مغفورا، وتجارتنا تجارة لن تبور، برحمتك يا مجيب السائلين.
#Hasil_refleksi_bertiga
#Semoga_tak_keliru
Repost link https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2387584424849800&id=100007947962996
Loading...