Sebuah sepeda motor satu-satunya ia jual, Kala itu tahun 2000. Uang Rp 8 juta sudah ada digenggamannya. Dari uang itu Waroeng Steak & Shake dibangun. Karyawannya pun cuma dua. Mas Jody dan istrinya. "Masa awal ini lebih banyak dukanya daripada sukanya, kadang ada yang beli kadang juga kosong," kata Mas Jody.
Kini warung WS sudah semakin besar, Diperkirakan omset penjualan steaknya untuk satu outlet per bulan Rp500 juta, sementara saat ini ia sudah membuka 80 outlet.
Mengelola lebih dari 1.000 karyawan bukan urusan sepele. Tak sekadar memberdayakan para karyawan, Mas Jody juga merasa berkewajiban ikut membangun spiritualitas orang-orang yang bekerja dengannya.
Awalnya, Mas Jody hanya berpikir praktis dengan mengikutkan hampir seluruh karyawannya training ESQ. Namun atas masukan beberapa ustaz, Mas Jody akhirnya menerapkan prinsip “SPIRITUAL COMPANY”. Konsep bisnis yang jarang dipakai perusahaan.
Jody berniat membangun bisnis sekaligus meningkatkan religiusitas para karyawan. Tak hanya berorientasi pada keuntungan dunia, Mas Jody ingin menjadikan bisnisnya sebagai media dakwah.
Setiap hari, absensi yang menunggu para karyawan untuk diisi adalah absensi SHalat Duha.
Mas Jody juga menyediakan form khusus untuk hafalan satu juz ayat-ayat Alquran atau surat-surat pilihan.
Bagi karyawan yang mampu menghafal satu juz, mas Jody akan memberikan penghargaan berupa hadiah Umrah.
Aturan spiritual company yang ia buat juga mewajibkan karyawan untuk berhenti merokok, menunaikan sHalat wajib tepat waktu, dan membaca Alquran satu hari satu juz.
Ia juga menggelar pengajian rutin bagi para karyawan Waroeng Steak & Shake.
Kini usaha mas Jody sukses merambah berbagai daerah di Jawa, Bali, dan Sumatera. Bahkan berkembang ke berbagai lini, seperti Bebaqaran untuk ikan bakar, Bebek Goreng H. Slamet, dan Festival Kuliner (Feskul). Kini, selain sibuk mengurus usahanya, mas Jody bersama aktif pula mendirikan Rumah Tahfizh di berbagai penjuru Indonesia dan mengasuh ratusan anak untuk menghafal Alquran.
Loading...