03 August 2020

Monday, August 03, 2020



Kembang Turi, Nasi Pecel

Setelah saya jepret sana-sini di lingkungan Mangkunegaran solo ini, tenggorokan keringku menuntun ke arah penjual jus di pintu gerbang timur keraton. Kebetulan sang penjual jus ini adalah abdi dalem kraton yang bertugas setiap hari selasa dan kamis untuk merawat pusaka raja. Lalu kami terlibat perbincangan yang khusuk tentang sejarah Keraton Mangkunegaran. Di tengah-tengah perbincangan  Kami, tiba2-tiba muncul sosok perempuan paruh baya yang  berkacamata minus, memakai rok panjang, di punggungnya tersampir tas sport CK (sebuah merk terkenal). 
"Ini mangkunegaran ya?" Katanya dari jarak kurang lebih 4 meter yang menurutku itu tidak sopan karena kami sedang berbicara di wilayah keraton. 
"Ya mbak, mau cari siapa?"di jawab bapak penjual jus yang rangkap jabatan tersebut.
"Saya sebenarnya tadi sudah mau naik pesawat ke Jakarta,  cuma kok seperti ada yang berbisik, aku harus ke Mangkunegaran, dan entah mengapa Aku harus ke warung ini, saya enggak mau ke situ (menunjuk ke sebuah warung di depan warung jus), Aku harus ke warung ini" ujar Mbak Ave, yang kemudian setelah Kami berkenalan aku tahu namanya.
"Coba liat ini!" Ia menunjukkan beberapa foto dalam smartphonenya yang menurutnya berbeda. Tampak dalam foto ia terlihat seperti sedang dilindungi oleh sosok besar nan hitam. Dalam fotonya yang lain, tampak bentuk ekor ikan dibelakangnya. Intinya dia ingin menceritakan bahwa ia adalah orang yang berbeda dalam beberapa foto berikutnya. 
"Aku tahu siapa kamu, dan nanti kamu pasti akan tahu siapa aku sebenarnya, coba sini aku liat tanganmu!" Katanya.
Dengan berat hati kusodorkan tanganku. Karena yang jelas sebenarnya aku enggan di ramal, takut yang keluar yang ndak enak-enak. Dari ramalannya kepadaku, aku sebenarnya ga menangkap  apapun, dia hanya mengatakan aku harus banyak-banyak minum air kelapa murni, yang diminum tanpa sedotan, tanpa gelas dan harus di minum langsung dari kelapanya. Sarannya yang lain, aku harus membawa bunga yang masih kuncup dan belum mekar. Entahlah, aku ga donk dengan maksut ramalannya.
Setelah selesai meramal, ia menoleh ke bapak abdi dalem yang sudah selesai membuatkan jus mangga untuknya. 
"Bapak bisa lihat ya?" kata perempuan itu. Aku agak heran juga, karena memang latar belakang dia adalah perawat pusaka raja yang tentu saja konon harus orang-orang pilihan yang bisa merasakan hal-hal gaib.
"Coba lihat ini!" Perempuan itu menunjukkan telapak tangannya. 
" Ya, ada" jawab abdi dalem lirih. 
Kemudian perempuan iti melorotkan kaosnya dan terlihat separuh buah dadanya. 
"Ada kan pak?" Katanya lagi. 
Bapak itu hanya mengangguk ringan. Aku tidak melihat apa yang mereka lihat, aku tidak melihat apapun selain payudaranya yang tampak menonjol itu. 
Lalu perempuan itu berbalik dan membuka kaos dan tampak bagian punggungnya.
"Ada kan pak?" katanya sambil menunjukkan bagian punggungnya. Aku kembali terheran-heran dengan mereka berdua, sekali lagi aku ga melihat apapun selain punggung sawo matangnya. 
Perempuan itu terus berlanjut  ingin menunjukkan sesuatu dan akan memperlihatkan aurat di sisi kiri dan kanan pahanya. Sebenarnya aku juga pengen melihat pahanya, karena takut kaulat aku buru-buru mengalihkan perhatian bapak tersebut. 
"Pak tolong bikinkan jus satu lagi, jus mangga ya pak" kataku. 
"Inggih mas" katanya lalu bergegas berdiri.
"Aku ini selalu ditemani Nyai Roro Kidul, aku mungkin orang yang berbeda, Ia selalu saja ada di sampingku, dan itu sejak aku lahir" kembali perempuan itu berkisah. Setengah percaya dan tidak aku mengangguk saja, karena bagiku, susah memahami hal-hal yang berbau mistis. 
Setelah berbincang-bincang agak lama, ia bergegas pamit karena ia akan menemui seorang ratu di Keraton Surakarta dan hari itu juga ia harus kembali menemui Sinuhun Hamengku Buwono X, ia bercerita bahwa ia sehari-hari tinggal di istana Kasultanan Yogyakarta. 
Heeeeh...akhirnya sedikit lega, perempuan itu meninggalkan kami berdua. Sebelum pergi aku sempat mencatat nomer teleponnya. Mungkin suatu hari, aku bisa menemuinya di keraton Yogyakarta, itu pun kalau ucapannya benar. 
Karena penasaran dengan apa yang dilihat oleh abdi dalem di tubuh perempuan itu, aku menanyakan hal itu kepadanya. 
"Pak, apa yang Bapak lihat tadi?' tanyaku.
"Di tubuhnya banyak sekali jin mas, banyak sekali" Jawabnya. "karena terlalu banyak, ia ga kuat menanggungnya, akhirnya bicaranya kemana-mana, karena sebenarnya yang berbicara bukan dia" tambahnya lagi. "Dulu ketika masih muda, saya juga menggunakan rewang, tapi semua sudah saya lepas, sekarang saya hanya menggunakan rewang yang alami ada di saya, yaitu sedulur papat pancer limo"
Setelah berbicara dengan topik lain beberapa waktu, saya memutuskan untuk pamit. Dalam perjalanan pulang saya masih tidak mengerti dengan maksut peramal itu yang menyuruh saya harus meminum air kelapa semampunya, tanpa sedotan dan tanpa gelas, serta harus di minum langsung dari kelapanya, atau dengan sarannya yang harus menyediakan kembang yang masih kuncup, dan ia tak menyebut nama bunganya. 
Setelah angan-angan melayang kemana-mana, dan menyingkirkan rasa khawatir akan ramalannya. Sekarang, Saya kepikiran untuk hidup sehat, yaitu banyak-banyak minum air kelapa murni dan banyak makan nasi pecel.
Mungkin yang dimaksut perempuan itu adalah kembang turi dalam nasi pecel. :-)
Sekian.



Loading...