03 December 2020

Thursday, December 03, 2020

BOIKOT KOQ PERANCIS DOELL?!!

.

Tak terlalu berlebihan bila Perancis kita sebut sebagai salah satu bidan yang terlibat dalam kelahiran banyak bangsa modern di dunia saat ini. Entah dengan paksa atau karena diundang, Perancis selalu hadir. Sejarah mencatat itu.

Hampir semua negara di dunia yang saat ini punya nama, Perancis terlibat, paling tidak negara itu ada urun rembugnya.
 
Siapakah Perancis sehingga selalu hadir dan bahkan sangat dominan menentukan bangsa mana boleh dilahirkan, boleh terus hidup atau cukup sampai disini saja dalam proses kelahiran itu. Sejarah punya cerita banyak dan komplit. Catatan tentang bangsa Perancis sangat detil dan mudah kita dapat.

Hari ini Perancis adalah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki kekuasaan sangat besar untuk turut menentukan kemana dunia harus bergerak. Harus bergerak, bukan akan bergerak.

Perancis selain anggota tetap DK PBB, negara itu juga adalah salah satu pencetus ide dan gagasan berdirinya uni Eropa. Perancis sangat berpengaruh di kelompok negara-negara kaya tersebut.

Bila kebanyakan negara-negara yang saat ini ada adalah negara baru, negara yang lahir paska perang dunia 2, dan sedikit paska PD 1, Perancis sudah eksis sejak tahun 486 dengan nama Franka. Kemudian menjadi Kerjaan Perancis di tahun 843 dan sebagai republik pada 22 September 1792. Negara tua dengan sejarah komplit plit plit.. 

Perancis saat ini masuk dalam kelompok negara maju bila penggolongan atas ekonomi sekaligus kekuatan militer menjadi rujukannya.

Dia menjadi negara dengan PDB terbesar, anggota G7 hingga penggedenya Nato. 

Dia memiliki kawasan ZEE terbesar di dunia dan hanya sedikit di bawah AS sebagai negara pemilik terbesar di dunia. Di manapun ada kawasan, disana seolah kekuasaan Perancis masih terbentang.

Dia pemilik 360 hulu ledak nuklir yang bila setengahnya saja digunakan, dunia akan kembali pada jaman batu.

Prancis memiliki industri angkasa penting yang dipimpin oleh konsorsium Eropa Airbus, dan bersama Swedia menjadi satu-satunya kekuatan Eropa (tak termasuk Rusia) yang memiliki pelabuhan antariksa nasional pribadi, Centre Spatial Guyanais.

Perancis adalah salah satu lumbung pertanian di kawasan Eropa. Gandum, unggas, susu, daging, dan babi, juga industri pangan dan anggur adalah ekspor pertanian utama Prancis. Ada uang bergerak milik UE ke Prancis hampir mencapai $14 miliar hanya untuk pertanian.

Intinya, Perancis telah menjadi salah satu kekuatan terbesar dunia sejak pertengahan abad ke-17 dan terus bertahan hingga saat ini.

Bahkan pada abad ke-18 dan 19, Prancis mampu membuat salah satu imperium kolonial terbesar di dunia yang membentang sepanjang Afrika Barat dan Asia Tenggara, memengaruhi budaya dan politik seluruh kawasan.

Namun, selain sebagai negara dengan banyak predikat super yang melekat, Perancis juga negara yang termasuk paling peduli dengan kemanusiaan. Negara yang dengan mudah menerima penderitaan para pengungsi.

Negara ini memiliki 4.9 juta orang imigran yang lahir di luar negeri, 2 juta di antaranya telah memperoleh kewarganegaraan.

Perancis juga negara sekuler yang lepas dari sekat-sekat agama. Konsep laïcité sudah melekat pada Prancis sejak 1905. Perancis secara legal menolak pengakuan agama apapun dalam hidup bermasyarakat.

Tenang, rakyat Perancis masih tetap beragama. Menurut jajak pendapat Januari 2007 oleh Catholic World News: 51% orang Prancis beragama Katolik, 31% agnostik atau ateis, 10% dari agama lain atau tanpa pendapat, 4% Muslim, 3% Protesan, 1% Yahudi.

Perancis juga negara sekuler yang multi etnis. Etnis apa saja ada di sana.

Hari ini mereka yang telah menerima kebaikannya, para pengungsi yang dulu hampir mati dan ditolongnya menentang aturan main rumah tangga sang pemilik. 

Perancis rasis dan tuduhan tak peka terhadap agama pendatang mereka teriakkan justru saat warga negaranya di gorok. 

Tak cukup satu orang tewas, tiga yang lain pun menyusul, satu kembali digorok dan dua yang lain ditikam.  Perancis yang kehilangan warganya, Perancis pula yang salah.

Boikot dan perlawanan membahana dengan narasi kebencian. Perancis harus bertanggung jawab atas sikap rasis itu. Dan mereka lupa bahwa Peracislah yang kehilangan warganya. Narasi kebencian mengalihkan duka tewasnya warga negara.

Itulah kita hari ini. Kita yang lebih peka terhadap apa yang keluar dari mulut dibanding apa yang diakibatkan oleh tangan kita. Kita lebih suka puji Tuhan dan namun menutup mata terhadap tangan berlumur darah.

Tak berhenti di Perancis, Austria pun terkena getah provokasi tentang Tuhan yang dinista. Manusia tak bersalah, mereka yang tak terlibat dalam hal apapun tiba-tiba harus menjadi korban. Sekali lagi darah mengalir, dan katanya, demi nama baik Tuhan yang harus dijaga.

Tak cukup sampai disitu, mereka para radikal yang bersembunyi dalam nama agama mengajak seluruh umat yang mengenal Tuhan mengadili dan menghukum Perancis. Sorak sorai gemuruh mereka yang terprovokasi segera memenuhi hampir seluruh laman media.

Ini bukan tentang Islam yang rahmatan lil'alamin, ini tentang baju agama yang ingin mereka gunakan demi alat kebencian. Namun seluruh muslim ingin diajak turut membenci Perancis, saat ini juga.

Kemarahan kini seolah menyebar ke seluruh sudut-sudut bumi.  Semua yang berkepntingan berteriak demi riuh dan marah ingin dituai.

"Akankah Perancis runtuh?"

Kerajaan Arab Saudi lahir bukan sekedar Perancis sebagai bidan. Melalui perjanjian Sykes-Picot, Perancis bukan sekedar menjadi bidan, bahkan yang menyusun DNA nya. Demikain pula dengan DNA Israel.

Pakistan dan Bangladeh dimana demo terbesar dilakukan, Inggris adalah dokter sekaligus bidan bagi lahirnya dua negara tersebut.



Jangankan mereka, bahkan Amerika Serikat tanpa Perancis pun tak akan lahir dengan DNA supernya. 

Indonesia dengan Konverensi Meja Bundar sebagai tolok ukur pengakuan Internasional terhadap lahirnya negara ini di tahun 1945, ada  peran Perancis sebagai anggota DK PBB di sana. 

Bidan itu tahu bagaimana mereka lahir dan tahu pula vaksin apa sudah pernah disuntikkan pada tubuh bayi agar imun. Demikianlah Perancis tahu harus berbuat apa terhadap para penentangnya. 

Perancis  dikasari, dia akan jauh lebih kasar dari makna kasar yang pernah kita punya. Dia tahu di mana titik lemah banyak negara.

Dan ingat, Perancis diserang, Inggris dan banyak negara Eropa akan bersatu. Tak ada kekuatan di manapun di dunia yang mampu menyentuh mereka ketika mereka bersatu.

Perancis akan tetap Perancis yang 
"laïcité", negara yang benar-benar tak ingin ada campur tangan agama dalam pemerintahannya. Negara yang bersih dari faham. Perancis tak akan selangkahpun mundur dari cara hidupnya meski malaikat dan setan turun dan sepakat untuk bersatu mengeroyoknya.

Kita yang seharusnya belajar dari mereka karena radikalisme agama juga pernah menjadi penyakit mengerikan negara menara Eiffel tersebut. Mereka pernah sanggup keluar, kenapa kita tidak?

Mengalahkan Perancis bukan dengan kekerasan dan tekanan, dia justru akan semakin menjadi batu, karena dia adalah karang. Sapa dia dengan kebaikan milik kita. Meski berbeda, Perancis akan tunduk, hormat dan memberi banyak dari apa yang mereka sudah miliki.

Tak berlebihan bila Perancis punya segalanya. Dari produk pertanian hingga angkasa luar dia punya. Dari pisau guillotne hingga bom nuklir juga di miliki. Dari sepak bola hingga balap ketahanan mobil prestisius Le Mans dia adalah jagoannya. 

"Agama?"

Perancis adalah kerajaan pertama yang menjadi Katolik tahun 498 setelah keluar dari paham Arianisme. Prancis memperoleh julukan "Gereja termuda" (La fille ainée de l’Église),  "Kerajaan Prancis Paling Kristen".

Bila Mekah adalah kota suci bagi muslim, meski tak serupa, Lourdes tak terlalu berlebihan dimaknai sebagai Mekah bagi orang Katolik. Dan itu berada di Perancis. 

Perancis sangat beragama, tapi hari ini negara itu dapat memisahkam agama dengan negara. Agama adalah ruang privat yang tak benar dijadikan alat apapun bagi pembenaran apalagi pemaksaan.

Sejarah mencatat bahwa Perancis adalah negara dengan penduduknya yang sangat beriman. Pernah terjebak dalam doktrin radikal (lebih parah dibanding K*drun masa kini) dan namun dapat bangun.

Salah besar melawan Perancis dengan pemahaman radikal agama. Dia adalah mbahnya radikal pada suatu saat yang lalu.
.
.
RAHAYU
.
Loading...