Semangat Anti Ketakutan Dari Dokter Yg Terkena Covid-19
"Sepandai²nya Tupai melompat, akhirnya harus jatuh ke tanah juga."
Selihai²nya aku melindungi diri, akhirnya kena Corona juga.
Bermula kisah, setelah membuat status FB tgl. 27 Juli 2020 yg mengungkapkan syukur karena masih negatif covid walau kerja di UGD dgn APD seadanya, maka besok harinya aku Demam, batuk² kecil dan nyeri otot. Nafas terasa sedikit sesak. Indra Penciuman dan pengecapan menghilang.
Tanggal 1 Agustus aku periksa Rapid Ab Test, dan hasilnya non reaktif.
Tanggal 4 Agustus aku benar² tumbang dan menyerah dari aktifitas apapun dan memutuskan untuk di Rapid Ag Test dan hasilnya masih non reaktif. Namun hasil foto thoraks menunjukkan gambaran Pneumonia bilateral. Oleh dokter spesialis paru, aku diberi obat Azytromisin 500, Isoprinosin 500, Zynk 20, Acetylcystein 600, dan beberapa obat lainnya sambil menunggu untuk test PCR.
Pada tanggal 5 Agustus, demam tiba² menghilang, sesak nafas hilang, batuk tinggal sedikit2, nyeri otot jauh berkurang, indera pengecap mulai berfungsi walau penciuman belum lagi.
Aku menjalani test PCR tgl. 6 dan tgl. 7 Agustus, disaat semua gejala nyaris menghilang. Hasilnya keluar di tgl. 10 dan dinyatakan POSITIF COVID19.
Sekarang ini aku dirawat di ruang isolasi baru nan mewah di RSUPHAM sejak tgl. 13 Agustus sore. Dan sekarang sudah masuk hari ke-5 dgn kondisi sehat tanpa satupun gejala sambil menunggu hasil PCR negatif yg sampai hari ini belum keluar juga.
Walaupun ruang isolasinya mewah dan baru, fikiranku benar² suntuk karena tidak boleh keluar dari ruang 3x3 meter. Sepertinya sekarang aku maklum kenapa ada pasien yg bunuh diri di ruang isolasi.
Kamarku terletak dekat ruang transit jenazah dan dikelilingi kaca tembus pandang. Setiap ada pasien Covid yg meninggal, aku bisa melihatnya dan bisa ikut mensholatkannya.
Kamar² isolasi di sekitarku, sebagiannya diisi oleh beberapa dokter. Ada dokter umum, Spesialis THT, Spesialis anak dan alhamdulillah mereka masih kuat bertahan.
Perawat² di ruang Isolasi, bagiku, adalah pahlawan yg sesungguhnya. Mereka terjun langsung ke kamar pasien infeksius untuk memberi pelayanan dgn dibalut oleh APD yg menyesakkan. Semoga Tuhan membalas kebajikan mereka dgn kesehatan dan keberkahan hidup.
(insyaAllah masih sempat disambung tulisannya)
Sumber https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3526981207312577&id=100000021969624
Saya turut berduka atas wafatnya 100 lebih dokter dan perawat akibat Covid19.
Tetapi, saya juga besyukur atas sembuhnya ratusan tenaga medis dari Covid19 beserta puluhan ribu masyarakat yg sembuh... walau kesembuhan mereka tidak pernah dipublikasikan oleh penebar ketakutan di tengah masyarakat seakan² tenaga medis dan pemerintah itu tolol dan tidak mampu menghadapi penyakit ini.
Marilah tetap bekerja dan berusaha tanpa rasa takut namun tetap menjalankan protokol kesehatan.